PLEURITIS
Pleuritis atau radang pleura (Pleurisy/Pleurisis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu
peradangan pada pleura. pleura adalah selaput tipis dengan dua lapisan. Satu lapisan garis bagian dalam dinding dada. Lapisan lainnya meliputi paru-paru.
Antara dua lapisan pleura (rongga pleura) sebagian kecil mengandung cairan. Cairan ini bertindak seperti minyak pelumas antara paru-paru dan dinding dada ketika mereka bergerak saat Anda bernapas.
Antara dua lapisan pleura (rongga pleura) sebagian kecil mengandung cairan. Cairan ini bertindak seperti minyak pelumas antara paru-paru dan dinding dada ketika mereka bergerak saat Anda bernapas.
Gambar efusi pleura
Radang pleura dapat berlagsung secara subakut, akut atau kronois, dengan ditandai perubahan proses pernafasan yang intensitasnya tergantung pada beratnya proses radang. Pada yang berlangsung subakut proses radang biasanya dibarengi dengan empiema serta mengakibatkan layuhnya sebagian paru-paru, hingga pernafasan akan mengalami kesulitan (dispnoea). Biasanya pernafasan bersifat cepat dan dangkal. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami kesakitan saat bernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal. Yang berlangsung kronis, pada waktu istirahat tidak tampak adanya perubahan pada proses pernafasannya.
Bila disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura maka disebut efusi pleura tetapi bila tidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleurisi kering.
Setelah terjadi peradangan, pleura bisa kembali normal atau terjadi perlengketan.
ETIOLOGI
Pada sapi pleuritis dapat bersifat primer maupun sekunder. Pleuritis pada sapi yang bersifat primer terjadi karena tertembusnya dinding retikulum oleh benda asing, hingga akan terjadi retikulitis, peritonitis, phrenitis, dan pleuritis.
Radang yang bersifat sekunder, terjadi pada sapi yang menderita radang paru-paru
yang melanjut, pleuropneumonia (yang disebabkan oleh Mycoplasma mycoides var.
mycoides), tuberkulosis, maupun radang paru-paru karena organisme pasteurela.namun untuk manusia, pleuritis dapat disebabkan oleh :
- Infeksi virus
Infeksi virus merupakan penyebab paling umum. Infeksi dapat menyebabkan radang pada beberapa bagian pleura, sehingga timbul rasa sakit. Jika seseorang memiliki 'pleurisy virus' sesekali mereka akan merasakan sakit. Mereka juga mungkin mengalami batuk, pilek, demam, atau gejala seperti flu yang disebabkan oleh virus. Namun, nyeri pada dada sesungguhnya akan menjadi semakin parah. Rasa sakit biasanya berlangsung beberapa hari, dan kemudian hilang sebagai virus membersihkan diri dan peradangan mengendap.
- Penyebab lainnya
Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan tuberculosis), jamur-jamnur, parasit-parasit.
Zat-zat kimia yang Terhirup atau senyawa-senyawa beracun: paparan beberapa agen-agen perbersih seperti ammonia
Penyakit-Penyakit Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker payudara ke pleura
Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma
Kemacetan: gagal jantung
Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paruparu. Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen ke bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada kematian pada bagian itu dari jaringan paru (diistilahkan lung infarction). Ini juga dapat menyebabkan pleurisy.
Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru yang berlokasi secara central
Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang digunakan untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada
Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom seperti lupus (seperti Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya)
Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati
Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh kekurangan
oksigen dari suplai darah yang buruk.
PATOGENESIS
Adanya radang pleura yang bersifat awal, sebelum terbentuknya cairan eksudasi radang, kedua lapisan pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis, saling bergesekan oleh karena keduanya mengalami penebalan. Gesekan antara keduanya akan menimbulkan suara friksi dalam pemeriksaan auskultasi. Pada proses yang berlangsung akut, rasa sakit terjadi sebagai akibat meningkatnya kepekaan syaraf sensoris pada pleura yang mengalami radang. Hal tersebut menyebabkan kurang leluasanya pengembangan dinding dada, hingga pernafasan lebih banyak dilakukan oleh otot-otot perut (pernafasan abdominal). Untuk mengurangi rasa sakit, pernafasan dilakukan dengan cepat dan intensitas yang dangkal. Oleh adanya cairan yang kemudian terbentuk, sebagai produk radang, volume rongga pleura berkurang dan tekanan negatif di dalamnya akan berkurang. Hal terakhir mengakibatkan kemampuan berkembang dari alveoli paru-paru juga menurun, dan hal tersebut mengakibatkan penderita cepat menjadi lelah meskipun hanya melakukan kerja fisik yang ringan.
Bagian paru-paru yang tercelup di dalam cairan radang, yang sifatnya purulen, mukopurulen, atau serosanguineus, akan cepat mengalami disfungsi dan mengalami atelektasis. Lobus paru-paru yang paling sering menderita atelektasis adalah lobus ventralis. Dalam keadaan demikian, bagian paru-paru tersebut tidak lagi berfungsi, dan untuk menutupi kebutuhan oksigen akan diikuti dengan kerja yang berlebih, sebagai kompensasi, dari jaringan paru-paru yang lain. Jantung yang tercelup di dalam cairan radang juga akan mengalami degenerasi, hingga gejala kelemahan jantung juga akan dapat diamati. Kompresi cairan atas jantung, terutama pada atriumnya, menyebabkan bendungan pada vena-vena yang besar, antara lain vena jugularis. Bendungan tersebut akan dilihat dari luar dengan mudah.
Mungkin cairan radang dapat mengalami penyerapan, hingga pleura yang meradang menjadi ”kering”. Dalam keadaan demikian biasanya terjadi adesi pada pleura hingga menyebabkan pertautan paru-paru dengan dinding dada, yang selanjutnya hal tersebut menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk berkembang sesuai dengan kemampuan normalnya. Gejala-gejala perubahan pernafasan akan segera tampak bila penderita melakukan pekerjaan yang agak berat.
Radang pleura yang disebabkan oleh kuman hampir selalu diikuti dengan gejala toksemia, yang disebabkan oleh terbebasnya toksin kuman maupun karena hasil pemecahan reruntuhan jaringan.
Gambar mikroskopis pleurutis
GEJALA KLINIS
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidaktenangan, kemudian diikuti dengan pernafasn yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena rasa sakit waktu bernafas dengan menggunakan otot-otot dada, pernafasan lebih bersifat abdominal. Untuk mengurangi rasa sakit di daerah dada, bahu penderita nampak direnggangkan keluar (posisi abduksi). Dalam keadaan seperti itu penderita jadi malas bergerak, hingga lebih banyak tinggal di rumah atau menyendiri. Kebanyakan penderita mengalami demam, sekitar 40oC.
Dalam pemeriksaan auskultasi terdengar suara friksi karena bergeseknya kedua pleura. Adanya cairan radang dalam auskultasi akan terdengar suara perpindahan cairan sesuai dengan irama pernafasan. Dalam pemeriksaan perkusi terdengar suara pekak, terutama pada bagian bawah daerah perkusi paru-paru. Bila cairan yang terbentuk cukup banyak, dalam perkusi dapat dikenali adanya daerah pekak horizontal, yang kadangkadang tingginya mencapai hampir setengah daerah perkusi. Oleh banyaknya cairan yang terbentuk gejala dispnoea juga menjadi lebih jelas.
Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh toksemia dan akibat radang paru-paru yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap saat. Pada radanag pleura penderita nampak lesu karena adanya penyerapan toksin (toksemia).
Proses kesembuhan dapat pula terjadi, meskipun biasanya diikuti dengan adesi pleura. Penderita demikian tampak normal, tetapi bila dikerjakan sedikit saja segera menjadi lelah karena turunya kapasitas vital pernafasannya.
Radang pleura kronik, yang mungkin ditemukan pada sapi yang menderita tuberkulosis, mungkin saja tidak mengakibatkan gejala pernafasan yang berarti. Kebanyakan penderita radang kronik hanya memperlihatkan kenaikan frekuensi pernafasannya.
DIAGNOSIS
Penentuan diagnosis radang didasarkan pada ditemukannya suara friksi dalam pemeriksaan auskultasi, serta adanya cairan radang di daslam rongga pleura. Di dalam praktek radang pleura hampir selalu ditemukan bersamaan dengan radang paru-paru hingga terjadi pleuropnemia. Memisahkan kedua gangguan tersebut dipandang tidak ada gunanya.
Dari emfisema pulmonum, radang pleura dapat dibedakan karena pada yang terakhir tidak ditemukan suara timpanis dalam pemeriksaan perkusi.
Dari hidrotorak, khilothoraks, dan hemothoraks, radang pleura memiliki perbedaan karena padanya biasa disertai kenaikan suhu seluruh tubuh maupun adanya rasa sakit waktu bernapas, terutama pada proses yang berlangsung akut.
Untuk membedakan penyakit-penyakit tersebut, perlu dilakukan thoracosentesis. Cairan yang dapat dihisap, dapat digunakan untuk menentukan perubahan patologis di dalam rongga dada penderita.
PROGNOSIS
Prognosis radang pleura tidak selalu menggembirakan. Hal tersebut disebabkan oleh kesukaran dalam penanganan kasus, yang seharusnya penderita ditempatkan pada tempat yang hangat, bersih, dan tidak berdebu, serta kesulitan dalam menghentikan proses radang.
TERAPI
Penggunaaan antibiotika berspektrum luas atau sediaan sulfonamid sangat dianjurkan untuk membunuh kuman-kuman penyebab radang infeksi. Obat-obat tersebut dapat diberikan secara parenteral atau per os, atau gabungan keduanya. Apabila jumlah cairan di dalam rongga pleura dipandang terlalu mengganggu pernafasan, cairan radang tersebut perlu dikeluarkan dengan jalan torakosentesis, dan kemudian ke dalam rongga pleura dimasukkan larutan antibiotika atau sulfonamid. Karena cairan tersebut biasanya bersifat purulen, mukopurulen, atau serosanguineus, apalagi di dalam cairan juga terdapat fibrin dan reruntuhan jaringan, aspirasi cairan radang yang dimaksud tidak selalu mudah dilakukan.
Untuk mengurangi rasa sakit yang biasanya ditemukan pada stadium akut, pengobatan dengan analgetika dan transquilizer dapat dipertimbangkan. Apabila radang juga dapat disertai oleh empisema, pengeluaran nanah secara berkala dengan jalan torakosentesis, atau dengan drainase yang dipasang semipermanen, disertai suntikan antibiotika atau sediaan sulfa, dengan sediaan enzim proteolitik dapat juga dianjurkan.
Sebelum melakukan pengobatan hendaknya benar-benar dipikirkan tentang keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Bila memang tidak banyak memberi harapan, lebih baik penderita dimanfaatkan karkasnya untuk konsumsi. Selain memiliki arti ekonomik, pencemaran karkas oleh obat-obatan tidak perlu terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar